RDG Desember 2025, BI Disarankan Pertahankan Suku Bunga

Erlita Irmania
By -
0

Rekomendasi LPEM FEB UI untuk BI dalam RDG Desember 2025

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) merekomendasikan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desember 2025. Hasil RDG BI pada pengujung tahun 2025 dijadwalkan diumumkan pada Rabu (17/12/2025) siang.

Rekomendasi tersebut mempertimbangkan sejumlah faktor, salah satunya laju inflasi yang melambat menjadi 2,72 persen secara year on year (yoy) pada November 2025, turun dari 2,87 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Tingkat inflasi tersebut masih berada dalam kisaran target BI, yakni 2,5 persen plus minus 1 persen, dan relatif lebih tinggi dibandingkan awal tahun. Moderasi inflasi pada November terutama didorong oleh berkurangnya tekanan harga pangan seiring upaya stabilisasi pasokan yang mampu mengimbangi kenaikan ringan harga yang diatur pemerintah.

“Periode libur akhir tahun yang akan datang dinilai berpotensi menambah tekanan inflasi pada akhir 2025,” tulis LPEM FEB UI dalam laporan Seri Analisis Makroekonomi RDG BI Desember 2025, Rabu (17/12/2025).

Dari sisi eksternal, kombinasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) oleh The Fed dan keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga kebijakan telah mendorong masuknya aliran modal asing ke Indonesia. Investor asing mencatat arus masuk portofolio bersih sebesar 0,75 miliar dolar AS sejak pertengahan November, dipengaruhi pemangkasan suku bunga The Fed dan keputusan BI menahan suku bunga pada bulan sebelumnya. Seiring perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah tercatat menguat sebesar 0,11 persen secara month to month (mtm) dalam 30 hari terakhir.

“Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga kebijakan pada level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur terakhir tahun 2025, sembari tetap waspada dan siap mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” tulis LPEM FEB UI.

Kinerja Ekonomi RI Kian Menguat Jelang Akhir Tahun


Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Kepresidenan Jakarta. - (BPMI Setpres)

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kinerja ekonomi Indonesia kian menguat menjelang akhir 2025. Penilaian tersebut merujuk pada tiga indikator makro yang dirilis pada awal Desember lalu, yakni inflasi November yang tetap terkendali, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang melanjutkan fase ekspansi, serta surplus neraca perdagangan yang berlanjut hingga 66 bulan berturut-turut.

Dalam keterangannya di Jakarta, awal bulan ini, Airlangga merinci inflasi November 2025 tercatat sebesar 2,72 persen secara year on year (yoy), masih berada dalam rentang sasaran inflasi pemerintah, yakni 2,5 persen plus minus 1 persen. Peredaan tekanan harga terutama didorong oleh penurunan inflasi volatile food menjadi 5,48 persen (yoy) dari 6,59 persen pada Oktober. Inflasi inti juga stabil pada level 2,36 persen (yoy), mencerminkan ekspektasi inflasi masyarakat yang tetap terjaga serta efektivitas sinergi kebijakan moneter dan fiskal.

Secara bulanan, inflasi November dipengaruhi kenaikan harga emas perhiasan dan tarif angkutan udara. Emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 3,99 persen secara month to month (mtm) dengan andil 0,08 persen, sementara tarif angkutan udara naik 6,02 persen (mtm), pola yang secara historis memang terjadi pada periode November.

“Paket stimulus ekonomi berupa program diskon tarif transportasi yang akan diterapkan pada Desember diharapkan dapat menurunkan kembali tarif angkutan udara. Kebijakan ini diharapkan efektif menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendorong peningkatan mobilitas,” ujar Airlangga.

Harga pangan pada November dipengaruhi kenaikan harga bawang merah dan sejumlah sayuran akibat curah hujan tinggi. Namun, beberapa komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah, dan telur ayam mulai mengalami penurunan harga. Beras bahkan mencatat deflasi sebesar 0,59 persen (mtm), lebih dalam dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan ini didorong oleh intervensi pemerintah melalui Bantuan Pangan kepada 18,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), serta Gerakan Pasar Murah dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.

Neraca Perdagangan dan PMI Manufaktur Indonesia

Dari sisi eksternal, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar 2,39 miliar dolar AS pada Oktober 2025. Capaian tersebut ditopang nilai ekspor sebesar 24,24 miliar dolar AS yang lebih tinggi dibandingkan impor sebesar 21,84 miliar dolar AS. Kinerja perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) tetap positif seiring berlanjutnya proses negosiasi tarif resiprokal. Pada Oktober 2025, neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan AS mencatat surplus sebesar 1,7 miliar dolar AS.

“Surplus ini ditopang oleh kuatnya aktivitas ekspor nonmigas ke AS yang naik 4,43 persen (mtm), seiring meningkatnya aktivitas PMI Manufaktur AS,” kata Airlangga.

Sementara itu, PMI Manufaktur Indonesia kembali berada di zona ekspansi pada level 53,3 pada November 2025, meningkat dari 51,2 pada Oktober 2025. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2025. Menurut Airlangga, pencapaian tersebut menandai keberlanjutan momentum positif selama empat bulan berturut-turut dan mencerminkan semakin solidnya kegiatan operasional sektor manufaktur.

Kinerja positif tersebut terutama didorong oleh membaiknya kondisi perekonomian domestik yang meningkatkan permintaan. Aktivitas produksi terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan pasar, diikuti penumpukan pekerjaan yang kembali terjadi dalam delapan bulan terakhir. Kondisi ini mendorong perusahaan memperluas penyerapan tenaga kerja.

Airlangga menilai peningkatan aktivitas produksi turut mendorong pelaku industri memperbesar pembelian bahan baku, yang pada akhirnya memperkuat pertumbuhan ekonomi melalui penguatan backward linkage sektor manufaktur.

Optimisme Sektor Manufaktur di Akhir Tahun

Menjelang periode libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), sektor manufaktur diperkirakan masih mencatat kinerja kuat. Para pelaku usaha menunjukkan optimisme tinggi terhadap prospek industri, baik pada akhir tahun ini maupun tahun depan. Berbagai insentif telah disiapkan pemerintah, baik dari sisi permintaan maupun pasokan, terutama untuk meningkatkan mobilitas masyarakat di akhir tahun.

“Stimulus dan berbagai insentif di tengah permintaan domestik yang meningkat secara musiman menjadi pendorong tambahan. Hal ini juga didukung oleh kondisi inflasi yang terkendali dan meningkatnya daya beli masyarakat,” kata Menko Airlangga.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default