
Aksi Korporasi Rights Issue di Akhir Tahun 2025
Di akhir tahun 2025, sejumlah emiten tercatat cukup aktif dalam melaksanakan aksi korporasi berupa penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHETD) atau rights issue. Tujuan utama dari aksi ini adalah untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung ekspansi bisnis.
Contoh Emitter yang Melakukan Rights Issue
Salah satu contohnya adalah PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS). Perusahaan ini berencana melakukan rights issue melalui penerbitan saham baru sebanyak-banyaknya 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Harga pelaksanaan rights issue tersebut ditetapkan sebesar Rp 380 per saham. Dengan demikian, potensi dana yang akan diterima CSIS mencapai sebanyak-banyaknya Rp 198,66 miliar. Dua pembeli siaga, yaitu PT Andalan Utama Bintara (AUB) dan PT Olympic Kapital Equity (OKE), siap menyerap saham baru tersebut. Mayoritas dana dari rights issue ini akan digunakan untuk pengembangan Kawasan Industri Cikembar melalui anak usaha CSIS, yaitu PT Bogorindo Cemerlang.
Selain CSIS, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) juga akan melaksanakan rights issue. Penerbitan saham baru seri B sebanyak 90.050.687.400 saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham dan harga pelaksanaan Rp 69 per saham. Dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini diperkirakan mencapai Rp 6,21 triliun. Sebagai pemegang saham utama GMFI, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tidak akan melaksanakan seluruh haknya dalam rights issue dan akan mengalihkan seluruhnya kepada PT Angkasa Pura Indonesia (API).
API dipastikan akan melaksanakan seluruh rights issue hasil pengalihan tersebut dalam bentuk inbreng aset berupa sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) di atas tanah Hak Pengelolaan (HPL) API berupa lahan seluas 972.123 meter persegi (m²). Aset tersebut berlokasi di Area Garuda Maintenance Facility (GMF), Komplek Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta dengan nilai aset mencapai Rp 5,66 triliun. Inbreng atas aset tersebut dapat menambah aset bagi GMFI, sehingga membuat ekuitas perusahaan menjadi positif dan mengurangi beban operasional dari pembayaran sewa. Sisa dana rights issue yang diperoleh dari publik akan digunakan sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha GMFI.
Perusahaan Lain yang Melakukan Rights Issue
Sebelumnya, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) juga menggelar rights issue melalui penawaran 1,21 miliar saham atau sebanyak-banyaknya 6,69% dari modal ditempatkan dan disetor dengan nilai nominal Rp 100. Harga pelaksanaan rights issue ini sebesar Rp 12.975 per saham. Dengan begitu, PANI berpotensi meraup dana sebesar Rp 15,73 triliun dari aksi korporasi tersebut. Mayoritas dana, tepatnya sebesar Rp 15,12 triliun, akan digunakan PANI untuk penyertaan modal kepada PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CDKA) melalui skema pembelian saham milik PT Agung Sedayu (AS) dan PT Tunas Mekar Jaya (TMJ).
PT Panca Global Kapital Tbk (PEGE) juga akan menawarkan sebanyak 944.472.352 saham baru melalui rights issue dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Seluruh dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk peningkatan penyertaan pada entitas anak PEGE.
Perspektif Analis
Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menyatakan bahwa setiap emiten yang hendak melakukan rights issue memiliki tujuan yang berbeda. GMFI dan PANI melaksanakan rights issue sebagai bagian dari upaya konsolidasi grup, sedangkan CSIS dan PEGE dinilai lebih fokus pada perbaikan ekuitas dan likuiditas perusahaan.
Di atas kertas, agenda rights issue biasanya akan membuat neraca keuangan emiten lebih sehat lantaran adanya penurunan utang. Namun, investor sendiri akan terkena dilusi kepemilikan saham jika tidak menebus haknya dalam rights issue. “Pasar biasanya merespons positif kalau dana rights issue buat ekspansi, tapi wait and see kalau cuma untuk bayar utang,” ujar dia.
Sementara itu, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty menjelaskan bahwa banyaknya emiten yang melakukan rights issue pada akhir tahun umumnya dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperkuat struktur permodalan sebelum tutup tahun buk serta persiapan ekspansi atau restrukturisasi pada tahun berikutnya. Dengan menambah ekuitas lewat rights issue, emiten dapat memperbaiki rasio keuangan seperti debt to equity ratio (DER) sehingga laporan keuangan akhir tahun terlihat lebih sehat.
Dampak dan Prospek Rights Issue
Pelaksanaan rights issue umumnya berdampak pada tekanan harga saham emiten dalam jangka pendek akibat efek dilusi dan penyesuaian harga setelah jumlah saham beredar meningkat. Sentimen pasar bisa negatif pada fase awal, terutama jika rights issue ditujukan untuk menutup kerugian atau membayar utang. Namun, dari sisi fundamental, aksi korporasi seperti ini berpotensi memperbaiki kondisi keuangan emiten melalui peningkatan ekuitas, penurunan leverage, dan penguatan arus kas yang tergantung pada penggunaan dananya.
Bagi investor, rights issue akan menghadirkan pilihan untuk menambah modal agar kepemilikannya tidak terdilusi atau menerima risiko penurunan porsi kepemilikan jika tidak mengeksekusi haknya. “Sementara bagi investor baru, rights issue dapat menjadi peluang masuk ke emiten pada valuasi lebih rendah, dengan catatan prospek bisnis dan strategi emiten dinilai solid,” ungkap Arinda.
Memasuki awal 2026, tren rights issue diperkirakan masih akan berlanjut, terutama jika kondisi suku bunga acuan mulai stabil atau menurun dan likuiditas pasar ekuitas membaik. Emiten yang berpotensi gencar melakukan rights issue adalah emiten dengan kebutuhan belanja modal besar, rasio utang tinggi, atau sedang menjalani ekspansi jangka panjang.
Pertimbangan utama emiten sebelum melaksanakan rights issue pada 2026 meliputi penentuan level harga saham agar tidak terlalu terilusi, kejelasan tujuan penggunaan dana, kesiapan pasar atau pembeli siaga menyerap saham baru, serta dampak jangka menengah terhadap kinerja dan valuasi emiten.
Wafi juga percaya tren rights issue pada 2026 akan tetap ramai dengan memanfaatkan optimisme pasar saham pada awal tahun. Lantaran kondisi bunga kredit perbankan masih tinggi, sebagian emiten diyakini lebih memilih opsi rights issue ketimbang melakukan pinjaman perbankan.
Adapun sektor yang diperkirakan bakal ramai oleh gelaran rights issue antara lain properti dan infrastruktur. Dari sekian emiten yang melaksanakan rights issue akhir-akhir ini, Wafi menyebut saham PANI dapat dipertimbangkan oleh investor dengan target harga saham Rp 15.500 per saham. Di sisi lain, saham GMFI, CSIS, dan PEGE disarankan wait and see.
Arinda juga menyarankan investor untuk mencermati saham PANI dengan target harga saham di level Rp 13.900 per saham.