Siswa Terpaksa Mandi di Masjid, Sekolah 58 Samarinda Kekurangan Air Bersih

Siswa Terpaksa Mandi di Masjid, Sekolah 58 Samarinda Kekurangan Air Bersih

Masalah Keterbatasan Air Bersih di Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 Samarinda

Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 Samarinda sedang menghadapi krisis air bersih yang memengaruhi kehidupan siswa dan guru. Keterbatasan air ini membuat siswa SD kesulitan untuk mandi dan mencuci pakaian, sehingga banyak dari mereka harus pergi ke masjid terdekat. Namun, karena seringnya datang ke masjid, pihak masjid akhirnya menegur siswa agar tidak lagi menggunakan fasilitas tersebut sebagai tempat mandi.

Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 58, Salsa Bila Maharani, mengungkapkan bahwa pasokan air sempat terhenti selama sekitar dua minggu. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi siswa dan guru dalam menjalankan aktivitas harian. Air PDAM yang seharusnya bisa mengalir hingga lantai dua gedung tidak mampu sampai ke tempat penampungan air (tandon), sehingga kebutuhan air tidak terpenuhi.

Untuk mengatasi krisis ini, kepala sekolah membeli air tandon sambil menunggu pengeboran sumur dari pemerintah pusat. Meskipun tandon berkapasitas 5.000 liter, kebutuhan air sekolah sangat besar, sehingga air habis dalam satu hari saja. Bahkan, beberapa kali dalam sehari, tandon harus diisi ulang. Biaya pengisian tandon sekitar Rp100 ribuan per kali, yang menjadi beban tambahan bagi sekolah.

Permasalahan Keterbatasan Air di Sekolah Rakyat Terintegrasi 58

Masalah keterbatasan air juga disampaikan oleh Salsa kepada pihak Inspektorat Kementerian Sosial. Ia menjelaskan semua kendala yang saat ini dihadapi oleh Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 Samarinda. Dalam pertemuan tersebut, ia diarahkan untuk membuat tiket pengaduan agar dapat menunggu perbaikan dari pemerintah pusat.

Rencana pengeboran air sumur telah diajukan, namun kandungan besi di kawasan Sekolah Rakyat tergolong tinggi. Oleh karena itu, Salsa menyarankan agar nantinya disertakan dengan saringan air. Saat ini, pihak sekolah membeli air dari PDAM untuk mengisi tandon. Namun, biaya pengadaan air ini menjadi tantangan tersendiri.

Pembangunan Sekolah Rakyat Terintegrasi di Palaran

Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda bersiap memulai pembangunan Sekolah Rakyat (SR) Terintegrasi di Kecamatan Palaran dengan nilai proyek sekitar Rp250 miliar. Pembangunan dijadwalkan dimulai pada 2 Desember 2025, menandai langkah besar peningkatan akses pendidikan bagi masyarakat prasejahtera.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda, Asli Nuryadin, menjelaskan bahwa pelaksanaan proyek dimulai setelah penandatanganan kontrak dengan pihak pelaksana. Proses ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan koordinasi di Bali yang telah dilaporkan kepada Walikota Samarinda.

Samarinda tercatat sebagai satu-satunya daerah di Kalimantan Timur yang masuk dalam daftar 104 Sekolah Rakyat yang dibangun pemerintah pusat pada tahun ini. Pekerjaan proyek diperkirakan akan berlangsung selama enam bulan, dengan target selesai pada Juli agar siap digunakan untuk tahun ajaran berikutnya.

Lahan Sudah Diproses

Menurut Asli, pemerintah pusat menekankan percepatan proyek sekaligus penyelesaian aspek administratif, khususnya sertifikasi lahan. Pemkot Samarinda telah mengajukan sertifikat tanah ke ATR/BPN dan berharap proses tersebut bisa dipercepat. Ia juga menegaskan pentingnya koordinasi lintas instansi agar sarana pendukung sekolah siap sejak awal pembangunan.

PLN, Diskominfo, dan PDAM disebut berperan penting dalam penyediaan jaringan listrik, internet fiber optic, pipa air, hingga debit air untuk ratusan penghuni asrama.

Fasilitas Lengkap Berstandar Tinggi

Sekolah Rakyat Palaran dirancang sebagai fasilitas pendidikan terintegrasi dengan konsep asrama modern. Asli menyebut sekolah ini akan dilengkapi dapur umum, keran air panas-dingin, serta laptop untuk siswa. "Sekolah ini betul-betul hebat, diurus dan modalnya besar. Istilahnya memanusiakan manusia. Supaya anak-anak bisa menikmati sekolah yang berstandar," ujarnya.

Saat ini kegiatan belajar sementara masih dilakukan di tiga lokasi: BPMP Kaltim, BPVP Samarinda, dan SMAN 16 Samarinda, sambil menunggu pembangunan gedung utama di Palaran yang berdiri di atas lahan hibah seluas 7 hektare.

Pengalaman Salsa Bila Maharani di Samarinda

Salsa Bila Maharani, Wakil Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 Samarinda, merasakan pengalaman luar biasa saat pertama kali tiba di Samarinda pada 24 September lalu. Perpindahannya dari Jakarta ke kawasan SMAN 16 Samarinda membawanya pada realitas kehidupan yang berbeda.

"Kalau pengalaman saya gitu ya kan sebagai orang Jakarta terus langsung ditunjuk menjadi pengajar Sekolah Rakyat di Samarinda itu luar biasa," ungkap Salsa, Sabtu (15/11/2025). Perempuan yang juga mengajar jenjang SMA ini menemukan banyak hal baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Salah satu tantangan terbesar adalah soal ketersediaan air bersih. Di Jakarta, air mengalir melimpah dan mudah diakses. Namun di Samarinda, khususnya di sekolah rakyat 58 ia harus mengalami keterbatasan akan air bersih. "Bahkan kan di wilayah-wilayah makin ke timur itu kan susah air ya," kata Salsa menceritakan apa yang ia dengar saat masih di Jakarta.

Pengalaman ini membuka matanya tentang kesulitan yang dialami masyarakat setempat. Realitas kekurangan air yang selama ini hanya ia dengar, kini benar-benar ia rasakan langsung.

Dalam proses mengajar, Salsa menemukan siswa-siswanya dapat diarahkan dengan baik. Namun tantangan terbesarnya adalah membangun semangat belajar mereka. Banyak siswa yang memiliki orientasi langsung bekerja di perkebunan atau pertambangan. "Tapi gimana caranya saya itu memotivasi mereka untuk misalkan, kalian itu harus belajar biar nanti itu kalian bisa kuliah gitu," tutur Salsa.

Ia berupaya membuka wawasan siswa bahwa pendidikan dapat membuka peluang lebih luas, seperti menjadi pengajar atau bekerja di perusahaan. Bukan hanya sebatas menjadi pekerja di perkebunan.

Siswa SMA yang terbiasa bekerja di lapangan cenderung kurang bersemangat dalam pembelajaran di kelas. Mereka mudah merasa bosan dan ingin segera keluar. Untuk mengatasinya, Salsa menciptakan media pengajaran yang menarik dan menyenangkan. Ia terus memotivasi agar siswa tidak terjebak pada pemikiran langsung bekerja tanpa pendidikan yang cukup.

Program Sekolah Rakyat yang Digagas Presiden Prabowo Subianto

Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto menjadi alasan utama Salsa rela mengajar jauh dari domisili. Program ini menyasar siswa dari keluarga kurang mampu, khususnya dari ekonomi desil 1 dan desil 2. Banyak anak yang sempat putus sekolah atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal.

Mengajar di Sekolah Rakyat bukan sekadar transfer ilmu. Bagi Salsa, ini tentang memberi harapan pada anak-anak yang hampir kehilangan masa depan. "Nah itu program Sekolah Rakyat ini kan sangat membantu mereka ya, jadi mereka itu bisa sekolah lagi, mereka bisa pakai seragam lagi, terus itu juga menurut saya motivasi saya untuk mengajarkan mereka sih, jadi kayak saya juga bisa banyak belajar banyak hal dari mereka juga," pungkas Salsa.

0 Response to "Siswa Terpaksa Mandi di Masjid, Sekolah 58 Samarinda Kekurangan Air Bersih"

Posting Komentar