Pengalaman Dokter Rizky dalam Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk Lansia
Di tengah keramaian dan kegembiraan para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, Cilandak, Jakarta Selatan, dokter Rizky Saraswati menarik napas sejenak lalu tersenyum. Di hadapannya, seorang nenek baru saja selesai bercerita panjang tentang masa mudanya, padahal yang ditanyakan hanya riwayat penyakitnya. Dokter Rizky hanya tersenyum.
Baginya, inilah denyut nadi sesungguhnya dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menjadi program unggulan Presiden Prabowo Subianto. "Capek? Ya, capek ngomongnya. Kadang di satu sisi, pasien masih mau cerita, tapi di belakang antrean masih panjang, tapi ya sudah," katanya dengan tawa kecil saat ditemui dalam program Cek Kesehatan Gratis Kementerian Kesehatan pada Kamis (6/11/2025).
Menjadi dokter dalam program CKG untuk lansia adalah ujian kesabaran tertinggi. Data medis seringkali terselip di antara labirin kenangan. Sebuah pertanyaan sederhana bisa memicu cerita yang melantur ke mana-mana.
"Sabar. Yang pertama sabarnya harus totalitas ya. Sabar sih. Terus kalau yang namanya skrining lansia walaupun enggak demensia ya, lansia tuh effort kan lebih besar karena suka bercerita. Nah, jadi gimana caranya kita pintar-pintar mengatur pertanyaan supaya dia enggak terlalu banyak bercerita. Iya, melenceng ke mana-mana. Jadi atur startegi lah," ucap perempuan berusia 32 tahun tersebut sambil tersenyum.
CKG Ungkap Penyakit Hening Masyarakat

Meskipun tim Puskesmas dari Cilandak rutin untuk pengobatan, program CKG dari pemerintah ini memiliki peran yang berbeda dan sangat vital. Ia bukan pengobatan, melainkan skrining awal sebuah jaring pengaman untuk menangkap "penyakit hening" yang seringkali datang tanpa gejala.
"Sebenarnya CKG ini adalah hal yang sudah biasa Puskesmas lakukan, gabungan dari skrining penyakit menular dan tidak menular. Cuma memang sekarang branding-nya lebih oke, jadi masyarakat lebih tertarik," ujar Dokter Rizky.
Daya tarik inilah yang menjadi kunci. Banyak orang yang merasa sehat dan enggan ke dokter, akhirnya tergerak untuk memeriksakan diri. Dan di situlah keajaiban deteksi dini terjadi.
"Ada loh pasien-pasien yang dalam keadaan sehat walafiat datang ke poli cuma iseng mau cek kesehatan gratis. Ternyata setelah dicek, dia ada suspek fatty liver. Bahkan saya menemukan ada pasien yang suspeknya kelainan darah, ada juga yang ditemukan benjolan di payudara," ucapnya.
CKG Selamatkan Guru dari Kebutaan

Menjangkau masyarakat luas, dari posyandu, perkantoran, hingga panti werdha, bukanlah tugas yang ringan. Dokter Rizky mengaku, ada kalanya rasa lelah melanda. Namun, rasa lelah itu seolah terbayar lunas oleh hasil yang didapat. Ketika seorang pasien yang tak pernah sadar dirinya mengidap hipertensi akhirnya mendapatkan pengobatan, atau ketika kanker bisa dideteksi pada stadium awal, semua pengorbanan itu menjadi berarti.
Di antara ratusan pasien yang pernah ia tangani, satu kisah membekas begitu dalam di hati Dokter Rizky. Seorang pasien lansia yang berprofesi sebagai guru datang dengan keluhan penglihatan.
"Dia bilang, 'Dokter, saya kalau melihat orang, bentuknya kotak-kotak, seperti piksel'," kenangnya. Dunia di mata sang guru telah pecah menjadi ribuan kepingan digital. Setelah diperiksa, terungkap penyebabnya: kadar gula darahnya melonjak hingga 500. Angka yang bisa merenggut penglihatan secara permanen. Berkat temuan dari CKG, sang guru segera dirujuk dan mendapatkan penanganan intensif.
"Alhamdulillah karena ketahuannya cepat, sekarang dia sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Gulanya terpantau. Itu sebuah pencapaian bagi saya. Bayangkan, seorang guru yang senjatanya adalah mata, bisa kembali melihat dengan normal," ucapnya dengan nada kelegaan saat menceritakan ulang.
Sentuhan CKG untuk Lansia

Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan Panti Sosial Wredha Bina Mulia 3 Cilandak, Duriah tampak semringah melihat para lansia di panti asuhannya mendapatkan perhatian melalui program CKG. Sejak pagi, satu per satu lansia duduk rapi menunggu giliran diperiksa, sebagian tampak saling bercengkerama sambil sesekali tersenyum ketika namanya dipanggil.
Duriah mengaku, kegiatan seperti ini sangat berarti bagi mereka. Sebagian besar penghuni panti merupakan kakek dan nenek yang sebelumnya hidup di jalanan tanpa keluarga, tanpa tempat kembali. Kini, selain mendapatkan tempat tinggal yang layak, mereka juga bisa merasakan kepedulian dan layanan kesehatan yang lebih menyeluruh.
"Pemeriksan rutin sudah kami lakukan karena kami bekerja sama dengan Puskesmas Cilandak. Namun, CKG ini lebih lengkap, dan rata-rata penyakitnya itu darah tinggi, gula, terus kulit juga karena kan latar belakang mereka dari jalanan. Mereka latar belakangnya kakek, nenek terlantar, bukan dari keluarga, bukan penitipan, dari hasil penjangkauan petugas sosial," tuturnya.
Sebanyak 2,7 Juta Warga Jakarta Jalani CKG

Sementara Wakil Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Lies Dwi mengungkapkan, Program CKG di DKI Jakarta terus menunjukkan capaian signifikan. Berdasarkan data hingga pertengahan November 2025, total 2,7 juta warga telah menjalani pemeriksaan CKG.
“Target CKG tahun 2025 itu 4.037.000 orang. Jadi dengan capaian 2,7 juta, kurang lebih setara dengan 65 persen, ini sesuai target yang ditetapkan Kementerian (Kesehatan),” ujar Lies.
Lies menambahkan, pada 2026, target peserta CKG akan ditingkatkan sekitar 10 persen dari tahun ini. Namun pemeriksaan tetap akan dilakukan setahun sekali bagi setiap warga.
Lies menyebut, berdasarkan hasil CKG, temuan yang paling banyak adalah obesitas dan kurang aktivitas fisik. Menurutnya, kedua faktor ini memiliki kontribusi besar terhadap meningkatnya risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi di Jakarta.
Untuk menjangkau kelompok rentan seperti lansia dan penyandang disabilitas, Dinkes DKI tidak hanya mengandalkan layanan di puskesmas. Program CKG kini diperluas melalui CKG komunitas, yaitu layanan yang dibawa langsung ke lingkungan warga.
“Kita tidak hanya menunggu di gedung puskesmas. Untuk anak sekolah, kita datang ke sekolah. Untuk kegiatan seperti ini, kita datang ke panti-panti. Lalu di permukiman juga kita lakukan, termasuk kantor-kantor karena mayoritas warga produktifnya ada di tempat kerja,” kata Lies.
Dinkes Atur Kerja Nakes Agar Tidak Terbebani

Menanggapi isu bertambahnya beban kerja tenaga kesehatan, Lies menegaskan, Dinkes telah mengatur pembagian tugas hingga integrasi antarprogram.
“Program di puskesmas tetap harus jalan semua. Jadi kita atur pembagian tugas antara tim yang turun ke lapangan dan yang bertugas di gedung. Saat petugas ke lapangan, tidak hanya CKG, tapi program lain juga ikut,” kata Lies.
Ia mencontohkan, integrasi CKG anak sekolah dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
“Dengan begitu, tenaga kami optimal, dan target banyak program bisa tercapai,” ujarnya.
Ke depan, setelah sistem digitalisasi CKG selesai disempurnakan, Dinkes membuka peluang melibatkan fasilitas kesehatan nonpemerintah agar cakupan semakin luas.
Sebanyak 54 Juta Jiwa Daftar CKG

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, pemeriksaan cek kesehatan gratis di Panti Sosial merupakan salah satu program yang diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat. Saat ini sudah ada 54 juta jiwa yang sudah mendaftarkan CKG.
"Ahamdulillah, yang terdaftar itu sudah 54 juta jiwa. Jadi daftar yang dilayani sudah 51 juta. Ekspektasi kita sih sebenarnya sampai Desember 50 juta, tapi ternyata dengan bantuan seluruh pihak, instansi, masyarakat, ini kita sudah bisa mencapai 51 juta," ucapnya.
Menurut Dante, program CKG bukan sekadar pemeriksaan, melainkan juga langkah awal untuk mendeteksi dini penyakit dan memberikan tindak lanjut pengobatan. Ia menjelaskan, ada dua pilar utama dari hasil program ini: penatalaksanaan penyakit, dan promosi kesehatan.
“Yang hipertensi diobati hipertensi, yang diabetes diobati diabetes, penyakit paru, dan TBC juga langsung ditangani. Itu pilar pertama,” ujarnya.
“Pilar kedua adalah promosi kesehatan. Misalnya untuk anak-anak, dewasa, dan lansia, banyak yang mengalami karies gigi. Untuk lansia di panti seperti ini, masalahnya juga aktivitas fisik dan kebugaran yang kurang, serta mobilisasi yang terbatas,” lanjut Dante.
Hal sama dengan hasil CKG dengan sasaran lansia, dia menjelaskan, sebagian besar masalah kesehatan yang timbul adalah hipertensi dan kurang aktivitas.
"Untuk lansia, seperti yang ada di Pantai Werda ini, itu yang paling banyak juga. Sekali lagi, aktivitas fisik yang kurang, masalah mobilisasi sehingga mereka banyak yang cenderung gampang untuk jatuh. Dan penyakit yang banyak pada lansia seperti masalah hipertensi," ucapnya.
Dante mengimbau masyarakat yang belum melakukan cek kesehatan gratis untuk melakukan deteksi dini tersebut. Menurutnya, Presiden Prabowo sudah memberikan hadiah kepada masyarakat yang pemeriksaannya jika tidak gratis bisa menghabiskan biaya sekitar Rp2,5 juta sampai Rp3 juta.
"Jadi sayang tidak dipergunakan. Jadi pergunakan sebisa mungkin, ajak semua masyarakat dengan bantuan teman-teman media ini untuk menyosialisasikan bahwa Cek Kesehatan Gratis (CKG) adalah hadiah dari pemerintah untuk membuat masyarakat Indonesia lebih sehat," ujarnya.
0 Response to "Kisah Dokter Rizky Temukan Penyakit Hening dengan Sentuhan CKG"
Posting Komentar